RSS

Di siplin Dalam Belajar.


BAB II

1.1  Defenisi Disiplin Belajar
Untuk membentuk satu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam
mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, orang dapat
mengembangkannya melalui kesadaran diri dan kebebasan dirinya dalam menaati
dan mengikuti aturan yang ada. Menurut Arikunto (1990:155), peraturan dan tata
tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai
sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan.
Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan
kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah peraturan
dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar
mengajar siswa, disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan setiap pribadi
yang terlibat di dalamnya karena mereka adalah individu yang mesti dipandang
sebagai manusia seutuhnya.
. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari berbagai
pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin belajar adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
seseorang yang sesuai dengan peraturan atau tata tertib untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
2.2 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik, teratur
sehingga akan menghasilkan prestasi yang baik. Faktor-faktor belajar turut
berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor ekstrinsik
a. Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan
alat-alat yang dipakai untuk belajar.
b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan
lingkungan kelompok.
2. Faktor intrinsik
a. Faktor psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi, dan
kemampuan kognitif.
b. Faktor fisiologis, seperti pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,
keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, dan sakit yang diderita
(Suryabrata, 1998:249).
Perlunya Disiplin
Perilaku negatif sebagian peserta didik pada akhir-akhir ini telah
melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum,
melanggar tata tertib, melanggar moral agama, dan telah membawa akibat yang
sangat merugikan masyarakat. Menurut Mulyasa (2003:109) penyimpangan
perilaku disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang keluarga dan
masyarakat, kondisi-kondisi khusus, iklim pembelajaran yang kurang kondusif,
dan sikap guru yang kasar atau otoriter.
Menurut Mulyasa (2004:13), sedikitnya terdapat 7 (tujuh) jurus yang perlu
diperhatikan dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004. Salah satu jurus
tersebut adalah mendisiplinkan peserta didik. Peserta didik perlu didisiplinkan
dengan tujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan mencegah
timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala
peraturan yang ditetapkan.
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan
dimanapun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Disiplin
mendorong siswa belajar secara kongkrit dalam praktik hidup di sekolah maupun
di rumah.
Menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin
bagi para siswa sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap
lingkungannya.
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan
bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri
keunggulan.Tu’u (2004:37) mengemukakan disiplin itu penting karena alasan
sebagai berikut:
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam
belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi
dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan normanorma,
nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat
menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
2.3 Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian disiplin mencakup beberapa hal, diantaranya:
(1) Taat, artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Ketaatan didalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada dapat digunakan secara seimbang. Disiplin belajar bukanlah menggunakan semua waktu yang ada hanya untuk belajar akan tetapi diimbangi dengan kegiatan lain,
(2) Tertib, berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara sistematis untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Didalam belajar siswa secaara sistematis (terarah) yaitu didalam kegiatan belajar sebaiknya siswa menentukkan arah dan tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu akan tercapai hasil yang efektif dan efesien, dan
(3) Tanggung Jawab, adalah kegiatan yang dikerjakan dengan penuh rasa memiliki dan rasa memiliki dan rasanya menjaganya agar setiap kegiatan yang dikerjakan betul-betul dapat dipercaya kebenaranya. Pada saat belajar diperlukan adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan  rasa memiliki kewajiban untuk belajar sehingga akan membuat siswa lebih terfokus pada pelajaran yang siswa pelajari dan bukan pada hal lain.
2.4 Keberhasilan dalam menanamkan kedisiplinan, perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat penunjangnya, yaitu :
1) Menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak. Dengan azas perkembangan aspek kognitif, maka cara yang dilakukan perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan kognitif ini,
2) Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini. Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini seawal mungkin yakni sejak anak mulai mengembangkan pengertian-pengertian dan mulai bisa melakukan sendiri (tidak lagi total independent),
3)Mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin. Dalam usaha menanamkan disiplin perlu dipertimbangkan agar mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin. Pendekatan yang berorentasi pada kasih sayang harus dipakai sebagai dasar untuk menciptakan hubungan yang baik,
4)Penggunaan hukuman sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi dan konsisten. Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi dan konsisten dengan dasar bahwa yang dilakukan bukan di anak atau perasaan anak, melainkan perbuatannya yang melanggar aturan, dan
5) Menanamkan sikap disiplin secara berkelanjutan. Menanamkan disiplin bukanlah kegiatan sekali jadi melainkan harus berkali-kali melainkan mendorong perlu dilakukan berulang-ulang sampai tercapai keadaan dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai kebiasaan.
Keberhasilan dalam menanamkan kedisiplinan sangat penting. Dengan mengetahui dan memahami faktor-faktor tersebut diharapkan akan lebih mudah menerapkannya. Dalam hal pembelajaran, maka seorang guru yang telah memahami faktor-faktor tersebut akan lebih mudah menerapkannya pada siswanya.
2.5 Lima Disiplin dan Kontribusi TP pada OB
1. Visi Bersama.
Visi bersama merupakan “pengikat” dari para anggota organisasi untuk berkomitmen untuk terus-menerus berusaha mencapai tujuan organisasi. Dalam organisasi, hendaknya para anggotanya tidak mementingkan visi pribadi, tapi harus mengutamakan visi bersama.
2. Belajar Tim.
Belajar  tim merupakan unit utama dalam belajar didalam organisasi. Dalam belajar tim terjadi saling bertukar informasi yang dapat menambah pengetahuan dari masing-masing organisasi. Untuk itu para anggotanya secara individu harus terus belajar, agar ketika berada didalam belajar tim ia dapat berkontribusi dalam pertukaran informasi tersebut.
3. Model mental.
Setiap orang pasti memiliki model mental tentang memandang kondisi sekitar dan posisi orang tersebut yang kemudian menjadi landasan bertindak dari orang tersebut. Untuk itu sesorang harus senantiasa merefleksikan dan kemudian memperbaiki mental modelnya agar dapat bertindak dengan sesuai.
4. Berpikir Sistem.
Berpikir sistem berarti memandang suatu permasalahan dengan terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan mempengaruhi, sehingga untuk menyelesaikan suatu permasalahan harus diselesaikan secara sistemik dan sistematik. Mungkin contohnya seperti ini, karyawan yang berfikir sistem senantiasa selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, karena kalau sampai telat dalam menyelesaikannya akan mengganggu kinerja organisasi  secara keseluruhan.
5. Penguasaan Diri.
Penguasaan diri adalah kemampuan seseorang untuk dapat menguasai dirinya agar senantiasa bertindak sesuai dengan tujuannya. Dalam organisasi belajar, penguasaan diri sangat penting untuk orang dapat menguasai dirinya untuk terus melakukan belajar sepanjang hayat. Contohnya mungkin, ketika minat belajar seseorang mahasiswa menurun, dia dapat mengendalikan dirinya untuk terus belajar, agar dapat mencapai tujuannya, yaitu dapat lulus dengan hasil yang memuaskan.Lalu kami berdiskusi tentang apa kontribusi teknologi pendidikan di dalam organisasi belajar, salah satunya adalah memfasilitasi kegiatan belajar di dalam organisasi belajar. TP berkontribusi untuk mendisain, mengelola, mengembangkan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang terjadi di organisasi belajar tersebut.











  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

''Sekuntum Bunga"

 Seiring lagu yang melantunkan......
seiring langkah dalam melangkah............
semakin dekat ,semakin menjauh...
harap-harapan kini menanti...........
kicauan burung bergema...........
bunga pun jadi saksi..........

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"Merpati Putih"






                                                Merpati,kau begitu indah dan mempesona............
                                             kau begitu sepurna sinaran matamu.....
                                          membuat banyak yang suka................
                                        Merpati,bulu-bulu putih mu seakan membuat kedamain alam...
                                       Merpati,ijinkan tangan ini tuk memegang walau hanya sekejap......
                                    tak sanggup jauh dari mu....................
                                   Merpati,............................
                                kau jauh  mencari makan,kau mengepakan ke dua sayap mu....
                               alam sudah kau jadikan tempat persinggahan mu..............
                             Merpati....................
                           Bawa daku ikut terbang tinggi bersama mu...................
                          merpati..............merpati..............merpati........
                       kau elok nan indah......................merpati.................
                         
                        
                           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' Di balik Bunga Terselip namamhu"

      Kian lama kau jauh
kini kau muncul....
dengan bersembunyi di balik stangkai bunga...
ukiran wajah mhu selalu nampak dalam benak bayang-bayang mimpi..............
sentuhan tangan mhu.......
seakan membuat  tergoyahkan.....
betapa remuk hati ini jika kau tak nampakan wajah mhu..
bila di sesali...
ini hanya membawa beban...
kau tunjuk satu bagian bunga tuk ....
menyalurkan isi hati mhu....
dan tangkai bunga itu sebagai saksi..........
bila kau tetap membizu ....
maka sirna lah semuanya....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

" Menyambut h4ri r4ya NYEPI tahun saka 1932

gambar.1 ogoh yang diperagakan untuk acara pengerupukan atau dalam upacara Bhuta Yajna
gambar.2 ogoh-ogoh yang siap untuk acra pengerupukan.
Pengertian Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan / kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Hari Raya Nyepi dan Tahun Saka
Weda Sruti merupakan sumber dari segala sumber ajaran Hindu. Weda Sruti berasal dari Hyang Maha Suci/Tuhan Yang Maha Esa (divine origin). Mantra Weda Sruti tidak dapat dipelajari oleh sembarang orang. Karena mantra-mantranya ada yang bersifat pratyaksa (yang membahas obyek yang dapat diindra langsung oleh manusia), ada yang bersifat adhyatmika, membahas aspek kejiwaan yang suci (atma) dan ada yang bersifat paroksa, yaitu yang membahas aspek yang tidak dapat diketahui setelah disabdakan maknanya oleh Tuhan. Tingkatan isi Weda yang demikian itu menyebabkan maharsi Hindu yang telah samyajnanam membuat buku-buku untuk menyebarkan isi Weda Sruti agar mudah dicerna dan dipahami oleh setiap orang yang hendak mempelajarinya. Kitab yang merupakan penjabaran Weda Sruti ini adalah Upaveda, Vedangga, Itihasa dan Purana. Semua kitab ini tergolong tafsir (human origin).
Salah satu unsur dari kelompok kitab Vedangga adalah Jyotesha. Kitab ini disusun kira-kira 12.000 tahun sebelum masehi yang merupakan periode modern Astronomi Hindu (India). Dalam periode ini dibahas dalam lima kitab yang lebih sistimatis dan ilmiah yang disebut kitab Panca Siddhanta yaitu: Surya Siddhanta, Paitamaha Siddhanta, Wasista Siddhanta, Paulisa Siddhanta dan Romaka Siddhanta. Dari Penjelasan ringkas ini kita mendapat gambaran bahwa astronomi Hindu sudah dikenal dalam kurun waktu yang cukup tua bahkan berkembang serta mempengaruhi sistem astronomi Barat dan Timur.
Prof. Flunkett dalam bukunya Ancient Calenders and Constellations (1903) menulis bahwa Rsi Garga memberikan pelajaran kepada orang-orang Yunani tentang astronomi di abad pertama sebelum masehi. Lahirnya Tahun Saka di India jelas merupakan perwujudan dari sistem astronomi Hindu tersebut di atas.
Eksistensi Tahun Saka di India merupakan tonggak sejarah yang menutup permusuhan antar suku bangsa di India. Sebelum lahirnya Tahun Saka, suku bangsa di India dilanda permusuhan yang berkepanjangan. Adapun suku-suku bangsa tersebut antara lain: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa dan Saka. Suku-suku bangsa tersebut silih berganti naik tahta menundukkan suku-suku yang lain. Suku bangsa Saka benar-benar bosan dengan keadaan permusuhan itu. Arah perjuangannya kemudian dialihkan, dari perjuangan politik dan militer untuk merebut kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan. Karena perjuangannya itu cukup berhasil, maka suku Bangsa Saka dan kebudayaannya benar-benar memasyarakat.
Tahun 125 SM dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi memegang tampuk kekuasaan di India. Tampaknya, dinasti Kushana ini terketuk oleh perubahan arah perjuangan suku bangsa Saka yang tidak lagi haus kekuasaan itu. Kekuasaan yang dipegangnya bukan dipakai untuk menghancurkan suku bangsa lainnya, namun kekuasaan itu dipergunakan untuk merangkul semua suku-suku bangsa yang ada di India dengan mengambil puncak-puncak kebudayaan tiap-tiap suku menjadi kebudayaan kerajaan (negara).
Pada tahun 79 Masehi, Raja Kaniska I dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuehchi mengangkat sistem kalender Saka menjadi kalender kerajaan. Semenjak itu, bangkitlah toleransi antar suku bangsa di India untuk bersatu padu membangun masyarakat sejahtera (Dharma Siddhi Yatra). Akibat toleransi dan persatuan itu, sistem kalender Saka semakin berkembang mengikuti penyebaran agama Hindu.

Pada abad ke-4 Masehi agama Hindu telah berkembang di Indonesia Sistem penanggalan Saka pun telah berkembang pula di Indonesia. Itu dibawa oleh seorang pendeta bangsa Saka yang bergelar Aji Saka dari Kshatrapa Gujarat (India) yang mendarat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 456 Masehi.
Demikianlah awal mula perkembangan Tahun Saka di Indonesia. Pada zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpu seluruh kepala
desa, prajurit, para sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat.
Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh VIII, XII, LXXXV, LXXXVI - XCII. Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala. Hari Raya Nyepi ini dirayakan pada Sasih Kesanga setiap tahun. Biasanya jatuh pada bulan Maret atau awal bulan April. Beberapa hari sebelum Nyepi, diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilangsungkan pada tilem kesanga. Keesokan harinya, pada tanggal apisan sasih kadasa dilaksanakan brata penyepian. Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan kemudian umat melaksanakan Dharma Santi.
Tujuan Hidup
Muwujudkan kesejahteraan lahir batin atau jagadhita dan moksha merupakan tujuan agama Hindu. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, umat Hindu wajib mewujudkan 4 tujuan hidup yang disebut Catur Purusartha atau Catur Warga yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Empat tujuan hidup ini dijelaskan dalam Brahma Sutra, 228, 45 dan Sarasamuscaya 135.
Menurut agama, tujuan hidup dapat diwujudkan berdasarkan yajña. Tuhan (Prajapati), manusia (praja) dan alam (kamadhuk) adalah tiga unsur yang selalu berhubungan berdasarkan yajña. Hal ini tersirat dalam makna Bhagavadgita III, 10: manusia harus beryajña kepada Tuhan, kepada alam lingkungan dan beryajña kepada sesama. Tawur kesanga menurut petunjuk lontar Sang-hyang Aji Swamandala adalah termasuk upacara Butha Yajña. Yajña ini dilangsungkan manusia dengan tujuan membuat kesejahteraan alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135 (terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan, untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).
"Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring sarwa prani."
Artinya:
Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.
"Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mâng dharma, artha kama moksha."
Artinya:
Karena kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.
Di dalam Agastya Parwa ada disebutkan tentang rumusan Panca Yajña dan di antaranya dijelaskan pula tujuan Butha Yajña sbb:
"Butha Yajña namanya tawur dan mensejahterakan tumbuh-tumbuhan."
Dalam Bhagavadgita III, 14 disebutkan, karena makanan, makhluk hidup menjelma, karena hujan tumbuhlah makanan, karena persembahan (yajña) turunlah hujan, dan yajña lahir karena kerja.
Dalam kenyataannya, kita bisa melihat sendiri, binatang hidup dari tumbuh-tumbuhan, manusia mendapatkan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah, tujuan Butha Yajña melestarikan lingkungan hidup, yaitu Panca Maha Butha dan sarwaprani. Upacara Butha Yajña pada tilem kasanga bertujuan memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam lingkungan.
Dalam lontar Eka Pratama dan Usana Bali disebutkan, Brahma berputra tiga orang yaitu: Sang Siwa, Sang Budha dan Sang Bujangga. Ketiga putra beliau ini diberi tugas untuk amrtista akasa, pawana, dan sarwaprani. Oleh karena itu, pada saat upacara Tawur Kesanga, upacara dipimpin oleh tiga pendeta yang disebut Tri Sadaka. Beliau menyucikan secara spiritual tiga alam ini: Bhur Loka, Bhuwah Loka dan Swah Loka. Sebelum dilaksanakan Tawur Kesanga, dilangsungkanlah upacara Melasti atau Melis. Tujuan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swa-mandala sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana.
Artinya: Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.
Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara.
Artinya: mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra.
Jadi tujuan Melasti adalah untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah Samudra. Samudra adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudra kehi-dupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan dunia.

Pada tanggal satu sasih kadasa, dilaksanakanlah brata penye-pian. Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut:
"....enjangnya nyepi amati geni, tan wenang sajadma anyambut karya sakalwirnya, ageni-geni saparanya tan wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi tama yoga ametitis kasunyatan."
Artinya: "....besoknya, Nyepi, tidak menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, berapi-api dan sejenisnya juga tak boleh, karenanya orang yang tahu hakikat agama melak-sanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian."
Jadi, brata penyepian dilakukan dengan tidak menyalakan api dan sejenisnya, tidak bekerja terutama bagi umat kebanyakan. Sedangkan bagi mereka yang sudah tinggi rohaninya, melakukan yoga tapa dan samadhi. Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi catur brata penyepian untuk umat pada umumnya yaitu: amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Inilah brata penyepian yang wajib dilakukan umat Hindu pada umumnya. Sedangkan bagi umat yang telah memasuki pendidikan dan latihan yang menjurus pada kerohanian, pada saat Nyepi seyogyannya melakukan tapa, yoga, Samadhi.
Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksha.
Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur
Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka
Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern seka-rang ini adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah meng-khususkan diri dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.
Pelaksanaan Upacara
Upacara Melasti dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Pelaksanaan upacara Melasti disebutkan dalam lontar Sundarigama seperti ini: ".manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata."
Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum Ngrupuk atau mabuu-buu, dilakukan nyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan.
Upacara Melasti ini jika diperhatikan identik dengan upacara Nagasankirtan di India. Dalam upacara Melasti, pratima yang merupakan lambang wahana Ida Bhatara, diusung keliling desa menuju laut dengan tujuan agar kesucian pratima itu dapat menyucikan desa. Sedang upacara Nagasankirtan di India, umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk menyucikan desa yang dilaluinya.
Dalam rangkaian Nyepi di Bali, upacara yang dilakukan berda-sarkan wilayah adalah sebagai berikut: di ibukota provinsi dilaku-kan upacara tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.

Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding. Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipancangkanlah sanggah cucuk (terbuat dari bambu) dan di situ umat menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dan tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar.
Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi, melakukan upacara byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah.
Upacara Bhuta Yajña di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada tengah hari sekitar pukul 11.00 - 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngrupuk pada saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur. Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Sejak tahun 1980-an, umat mengusung ogoh-ogoh yaitu patung raksasa. Ogoh-ogoh yang dibiayai dengan uang iuran warga itu kemudian dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh ini meru-pakan lambang nyomia atau menetralisir Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Patung yang dibuat dengan bam-bu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyrakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngrupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara dan bentuknya agar disesuaikan, misalnya berupa raksasa yang melambangkan Bhuta Kala.
Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai serta tidak mengganggu ketertiban dan kea-manan. Selain itu, ogoh-ogoh itu jangan sampai dibuat dengan memaksakan diri hingga terkesan melakukan pemborosan. Karya seni itu dibuat agar memiliki tujuan yang jelas dan pasti, yaitu memeriahkan atau mengagungkan upacara. Ogoh-ogoh yang dibuat siang malam oleh sejumlah warga banjar itu harus ditampilkan dengan landasan konsep seni budaya yang tinggi dan dijiwai agama Hindu.
Nah, lalu bagaimana pelaksanaan Nyepi di luar Bali? Rangkaian Hari Raya Nyepi di luar Bali dilaksanakan berdasarkan desa, kala, patra dengan tetap memperhatikan tujuan utama hari raya yang jatuh setahun sekali itu. Artinya, pelaksanaan Nyepi di Jakarta misalnya, jelas tidak bisa dilakukan seperti di Bali. Kalau di Bali, tak ada kendaraan yang diperkenankan keluar (kecuali mendapat izin khusus), namun di Jakarta hal serupa jelas tidak bisa dilakukan.
Sebagaimana telah dikemukakan, brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:
-Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).
- Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.
- Amati lelungan (tidak bepergian).
- Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).
Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat. Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus, mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu.
Yang terpenting, Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.
Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebesan rohani itu memang juga suatu ikatan. Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikh-lasan.

(Sumber: Buku "Yadnya dan Bhakti" oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS